Foto 1. Tarung Presean
Tarung Presean
atau Stick Fighting adalah pertarungan antara dua laki laik Sasak bersenjatakan
tongkat yang terbuat dari rotan atau disebut Penjalin, dilengkapi dengan sebuah
pelindung (perisai) yang terbuat dari kulit kerbau tebal dan keras (Ende). Para
Petarung di sebut Pepadu dan wasit pinggir lapangan disebut sebagai Pekembar
Sedi, sedangkan wasit tengah yang menjadi pemimpin pertarungan disebut Pekembar
Para pepadu diharuskan bertelanjang dada,
menggunakan capuk (penutup kepala khas sasak) dan kain sarung khusus yang sudah
dipersiapkan panitia. Sebuah tongkat rotan sebagai alat memukul dipegang
menggunakan tangan kanan, serta pelindung (perisai) di tangan kiri. Tarung Presean
ini biasanya menggunakan ring tengah lapang dan batas pagar betis penonton.
Namun di Lombok barat ada salah satu arena yang cukup bagus semacam arena
gladiatornya bangsa Spartan, lokasinya di taman dekat kantor Bupati atau sering
disebut Penas.
Foto 2. Arena Tarung Presean, Masyarakat Begitu Antusias Menyakiskannya
Saat pertama kali melihat sungguh menyeramkan,
bagaimana tidak sabetan rotan tepat mengenai kuit dada dan punggung, cetar!!!
cetar!!!, namun rasa salut dan kagum justru muncul saat 3 ronde selesai
dimainkan, singkat saja mungkin hanya 3 menit per ronde. Setelah selesai pepadu
saling melempar senyum dan berbalas salam sambil berpelukan, tak ada rasa
dendam atau ekpresi kesakitan, kulit yang tersambar rotan pun tak ada bekas
merah membara. Entah pakai aji aji apa sehingga seolah-olah mereka kebal akan
pukulan itu atau memang warna kulinya yang gelap, huallah hualam. Coba cek
sendiri deh postur tubuh, otot dan warna kultnya, kekar dan tangguh hehe…
Seni beladiri atau adu ketangkasan Presean
ini di iringi oleh tabuhan musik Gendang Beleq sebagai penyemangat dan pengundang
masyarakat sekitar acara untuk menonton. Sambil menari-nari di iringi tabuhan
gendang Beleq, kedua Pepadu akan saling menghalau dan mengalahkan lawan dengan
pukulan penjalin tanpa rasa cemas ataupun takut cedera. Dan uniknya, para
peserta Presean tidak pernah dipersiapkan sebelumnya, para penonton dan
siapapun yang sedang berada di medan acara boleh ikut bertarung dan memamerkan
kelihaiannya.
Aturan main dari Tarung Presean ini juga biasanya
tidak membingungkan, para pepadu hanya boleh memukul bagian perut ke atas.
Ketika seorang pepadu terkena kepala oleh sabetan rotan dan mengeluarkan darah
(bocor), maka pepadu dianggap KO atau kalah, sekalipun pepadu tersebut merasa
masih bisa meneruskan pertarungan. Pertandingan di akhiri oleh pekembar dengan
meniupkan peluit panjang, dan kedua pepadu kemudian akan bersalaman dan
berpelukan mengakhiri masa bertanding. Ini sebagai tanda bahwa antara kedua
pepadu tidak ada yang saling menyimpan dendam karena presean hanya bagian dari
permainan dan hiburan.
Lalu yang jadi pertanyaan pepadu (petarung) dapat
apa?, tidak ada yang didapatkan selain selembar kain pengikat kepala bagi yang
enang dan uang hasil saweran dari penonton. Namun bukan itu yang dicari… lebih
jauh dari itu kebanggaan melestarikan budaya dan symbol ketangguhan pepadu
membawa nama daerah masing-masing.
Konon Tarung Presean bermula sebagai sebuah simbolis
kegembiraan atau luapan emosi para prajurit Lombok dulu kala setelah berhasil
melumpuhkan / mengalahkan lawan di medan tempur. Budaya presean ini kemudian
menjadi sebuah tradisi yang memiliki keunikan sendiri ketika para Pepadu-nya
memadukan gaya bela diri dengan ekspresi-ekspresi lelucon ketika berhasil
menyisakan bekas sabetan rotan di tubuh lawan. Sekian, semoga bermanfaat.
Salam IW_Project!
Referensi:
http://www.wisatadilombok.com/2014/09/presean-adu-nyali-dan-ketangkasan-pria.html
0 komentar:
Posting Komentar